Hai kawan, bagaimana kabarnya ? Saya harap Anda senantiasa selalu maju tiap harinya.

Beberapa waktu lalu seorang kawan bercerita mengenai kondisi keluarganya yang tak kunjung berubah keadaannya. Kondisi ekonomi semakin menghimpit dan kebutuhan semakin melambung. Kawan saya tersebut menceritakan bagaimana suaminya tidak mengambil sebuah langkah yang nyata, selalu terbelit dengan angan-angan  serta kondisi emosi yang pasang surut, terkadang semangat, terkadang loyo. Dia bertanya pada saya, “Apa yang bisa mengubah suami saya ?”.

Pertanyaan ini saya jawab dengan kembali bertanya pada rekan saya itu, ” Apakah Anda sudah berubah untuk membalikan keadaaan Anda ?”

Kawan, dalam kehidupan semua hal akan selalu berubah. Hanya tiga hal yang tidak pernah berubah, yaitu PRINSIP, PILIHAN, dan PERUBAHAN itu sendiri.

Jadi jangan kaget kalau kondisi saat ini berbeda dengan masa lalu, dan akan berbeda dengan masa depan. Semuanya akan berubah. Nah, bagaimanakah kita menyikapi perubahan tersebut, itu yang perlu kita semua pelajari.

Di alam ini ada 3 macam hal :

  1. Sesuatu yang 100% tidak bisa kita kendalikan
  2. Sesuatu yang tidak sepenuhnya bisa kendalikan
  3. Sesuatu yang 100% bisa kita kendalikan

Sesuatu yang 100% tidak bisa kita kendalikan

Contoh dari hal ini adalah, alam. Kita tidak bisa mengendalikan gempa bumi, gunung meletus, pasang surut pantai, dsb

Sesuatu yang tidak sepenuhnya bisa kendalikan

Contohnya adalah orang lain, anak-anak kita, suami/istri kita, orang tua, saudara, tetangga, para pemimpin negara, dsb, Mereka bisa kita minta berubah tetapi kita bisa 100% memastikannya

Sesuatu yang 100% bisa kita kendalikan

Yaitu, DIRI KITA SENDIRI. Ya benar. Kita hanya bisa mempengaruhi 100% diri kita sendiri. Jika ada orang lain yang menyuruh kita melakukan sesuatu, tetapi jika diri kita menolaknya, maka hal tersebut tak akan terjadi.

Diri kita adalah agen perubahan. Jika kita mau lingkungan kita berubah, maka kita tak akan bisa memaksa orang lain berubah untuk kita. Kita bisa mengubah diri kita agar lingkungan kita menjadi berbeda. Bila kita melakukan hal A dan hasilnya adalah B, maka kalau kita mengubah cara kita dengan cara F maka, hasilnya takkan B.

Contoh nyata :

Seorang wanita yang memiliki problem dengan ayahnya, dan ia tinggal dengan ayahnya. Begitu bencinya dia pada ayahnya maka yang ada hanya pertengkaran diantara mereka, sampai-sampai sang wanita mengalami penyakit  psikosomatis. Setelah ia memutuskan mengijinkan dirinya untuk berubah, dan mengikuti sesi terapi yang saya berikan, maka prilakunya berubah. Ia mulai bisa lebih tenang menghadapi ayahnya, bisa bercanda dengan ayahnya, dan terakhir bisa memohon maaf atas semua prilakunya selama ini. Hasilnya, sang ayah juga meminta maaf pada anaknya tadi, sehingga saat ini hubungan mereka begitu dekat.

 

KUNCINYA ADALAH MEMUTUSKAN DAN MENGIJINKAN DIRI KITA UNTUK BERUBAH

Menanggapi pertanyaan kawan saya pada cerita di awal artikel ini, saya melanjutkannya dengan bertanya apakah dia mau berubah juga dan berfokus pada perubahan dirinya, bukan berfokus pada perubahan suaminya ?

Ketika seseorang mengambil keputusan ini, maka cara untuk membantunya berubah begitu banyak, dan dari sisi saya sebagai seorang mind therapist, saya baru bisa membantu klien saya jika ia sudah memutuskan untuk berubah dan menjadikan diri klien sebagai sebab kesembuhannya sendiri.

Tetapi, bila seseorang tak menyadari hal ini maka selamanya dia tak akan berubah dan lingkungannya tak akan pernah berubah. Hanya orang gila yang menginginkan perubahan tetapi caranya tetap sama, kata Albert Einstein.

Jadi apakah Anda sudah memutuskan mengijinkan diri Anda untuk berubah ?

Sebagai penutup, saya akan tunjukan sebuah puisi :

HASRAT UNTUK BERUBAH

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal

aku bermimpi ingin mengubah dunia.

seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,

kudapati bahwa

dunia tak kunjung berubah

Maka cita-cita itupun agak kupersempit,

lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.

Namun tampaknya,

hasrat itupun tiada hasilnya.

Ketika usiaku semakin senja,

dengan semangatku yang masih tersisa,

kuputuskan untuk mengubah keluargaku,

orang-orang yang paling dekat denganku.

Tetapi celakanya,

merekapun tidak mau diubah!

Dan kini,

sementara aku berbaring, saat ajal menjelang

tiba-tiba kusadari.

“andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,

maka dengan menjadikan diriku sebagai penutan,

mungkin aku bisa mengubah keluargaku.

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,

bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku,

kemudian siapa tahu,

aku bahkan bisa mengubah dunia” 

Puisi ini tertulis pada sebuah makam di Westminster Abbey, Inggris 1100 M.

Janganlah kita menyadari kalau kitalah sang agen perubahan, ketika ajal menjelang.

SELAMAT BERUBAH KAWAN 🙂